Kamis, 25 September 2008

Meruang Di Kauman

Suasana Gang Kauman Di Sore Hari



Gang kauman terletak di Jalan K.H. Ahmad Dahlan, di depan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Terletak 2 meter dari jalan raya. Di depan gang terpasang pintu masuk yang terbuat dari besi.

Ketika saya berjalan ke Kauman. Saya merasakan suasana yang tenang dan tentram, dan asri. Tidak terdengar suara bising kendaraan bermotor yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gang. Rumah-rumah di sana berhimpit-himpitan. Tetapi, karena nuansa yang teduh dan angin yang sepoi-sepoi tidak membuat rumah di sana terasa sumpek.

Saya melihat di setiap rumah digunakan sebagai tempat industri rumah tangga seperti konveksi, catering, dan lain-lain. Orang-orang di sana sangatlah ramah dan saya merasakan kehangatan walau saya adalah orang asing di sana.

Pada waktu itu jam 3 sore, di sepanjang gang dipajang berbagai unggas seperti ayam dan burung dara. Karena salah satu teman kami takut unggas, kami terpaksa memutar jalan dari gang yang lurus ke gang yang berliku-liku. Dalam perjalanan kami yang berliku-liku, saya melihat banyak bangunan-bangunan kuno khas Yogyakarta zaman dahulu. Bangunan-bangunan kuno di sana bagaikan mesin waktu. Saya merasa nostalgia berada di sana karena dari kecil saya terbiasa melihat bangunan seperti itu.

Setelah kami sampai di Masjid Gedhe, saya berpikir perjalanan berakhir sampai di sini. Tetapi seorang kakek mengatakan kalau ada tempat lagi bagi kami untuk bisa meruang di sana. Pada waktu itu bulan puasa, seperti biasa terdapat ”Pasar Tiban”. Pasar Tiban adalah pasar yang buka pada bulan puasa dan pasar itu buka saat menjelang sore sampai jam 6 sore pasar itu tutup.

Letak pasar itu tidak terlalu jauh dari Masjid Gedhe. Sesampainya di sana saya merasakan nuansa yang berbeda dari jalan yang saya lalui. Di sana penuh sesak dengan barang-barang dagangan berupa berbagai macam makanan dan orang-orang yang berlalu-lalang. Saya kesulitan untuk menerobos kerumunan karena jalan itu hanya berupa gang yang memanjang. Di kanan-kiri saya hanya rumah-rumah berhimpitan dengan orang-orang yang menjajakan makanannya di depan rumah-rumah tersebut.

Saya kagum akan nuansa bangunan di sana. Di seberang jalan raya yang banyak bangunan yang menurut saya mencerminkan khas eropa, membuat saya tidak bangga akan hal itu. Tetapi setelah berjalan-jalan di Kauman saya merasa bangga karena bangunan-bangunan di sana masih bercorak Yogyakarta atau bangunan khas Yogyakarta. Bangunan yang menampilkan ukiran-ukiran kayu yang mencerminkan kebudayaan kita.